ANALISIS
BANGUN RUANG DENGAN KONSEP
MATEMATIKA TERPADU
Anggiat Miduk Sihombing
STT YBSI Tasikmalaya,
Kompleks Mayasari Plasa Tasikmalaya
email:
anggisipudan@gmail.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang melalui penerapan Pendekatan Matematika Terpadu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan model siklus. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari tiga kali pertemuan.
Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penerapan Pendekatan Matematika Terpadu dapat meningkatkan pemahaman konsep
bangun ruang.
Kata Kunci: Pendekatan Matematika Terpadu, bangun ruang
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang melalui penerapan Pendekatan Matematika Terpadu. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK) dengan model siklus. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari tiga kali pertemuan.
Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penerapan Pendekatan Matematika Terpadu dapat meningkatkan pemahaman konsep
bangun ruang.
Kata Kunci: Pendekatan Matematika Terpadu, bangun ruang
Matematika
merupakan salah satu ilmu dasar yang begitu cepat mengalami perkembangan. Hal
itu terbukti dengan semakin banyaknya kegiatan matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Di samping itu, Matematika juga sangat diperlukan peserta didik
dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran lain. Matematika sebagai salah
satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam
membentuk peserta didik menjadi berkualitas karena Matematika merupakan suatu
sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Bahkan di
dalam perkembangan sains dan teknologi, matematika juga mempunyai peranan
penting. Hal ini tidak disadari oleh para peserta didik karena kurangnya
informasi tentang fungsi dan peranan Matematika itu sendiri. Sebagian besar
peserta didik beranggapan bahwa belajar matematika itu hanya dengan menghafal
rumus lalu menyelesaikan soal dengan rumus yang sudah dihafal melalui operasi
hitung dengan bilangan atau angka, huruf, dan simbol saja. Mereka beranggapan
bahwa belajar Matematika tidak perlu adanya kebermaknaan.
Oleh
sebab itu, hasil pembelajaran Matematika tidak melekat di benak para peserta
didik. Padahal Matematika bukanlah ilmu menghafal rumus, karena tanpa memahami
konsepnya, rumus-rumus yang telah dihafal tidak akan bermanfaat. Sampai
sekarang banyak orang beranggapan bahwa mata pelajaran Matematika sebagai mata
pelajaran yang sulit karena membutuhkan nalar yang tinggi dari pembelajarannya,
sehingga hanya sedikit orang atau peserta didik dengan IQ minimal tertentu yang
mampu memahaminya.
Begitu
pula sebagian guru beranggapan bahwa pembelajaran Matematika sulit bahkan
sering menjadi beban guru. Banyak guru yang mengalami kesulitan dalam
menanamkan konsep-konsep Matematika. Hal tersebut dikarenakan konsep Matematika
yang abstrak dan berhubungan dengan realitas kehidupan sehari-hari. Selain itu,
karakteristik setiap individu peserta didik SD berbeda-beda, baik dari
kemampuan mental maupun kondisi fisiknya. Melihat kenyataan pembelajaran
matematika yang ada selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat
mengaplikasikan konsep pembelajaran Matematika. Akibatnya, peserta didik kurang
menghayati atau memahami konsep-konsep Matematika, dan mengalami kesulitan
untuk mengaplikasikan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu,
mayoritas nilai matematika peserta didik kurang memuaskan. Bukan lantaran tidak
mampu, melainkan karena sejak awal banyak peserta didik memandang Matematika
sebagai suatu mata pelajaran yang menyeramkan, menakutkan bahkan membosankan.
Sehingga banyak peserta didik yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut
dan tidak mau mempelajarinya.
Berkaitan
dengan hal tersebut, guru dituntut untuk menguasai berbagai metode atau
pendekatan pembelajaran dan mempunyai daya kreativitas yang tinggi agar para
peserta didik dapat benar-benar paham akan konsep-konsep Matematika yang telah
ditanamkan dan tidak lagi beranggapan bahwa Matematika itu membosankan dan
menyeramkan. Tidak banyak suatu model pembelajaran yang diterapkan tahun lalu,
dapat berhasil diterapkan di tahun ini atau di tahun-tahun selanjutnya. Begitu
pula, metode atau pendekatan pembelajaran yang diterapkan tahun ini, belum
tentu berhasil di tahun depan. Untuk itu, guru SD harus benar-benar mengetahui
perkembangan kemampuan dan kesiapan berpikir peserta didik berdasarkan
karakteristiknya. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar biasanya diukur
dengan keberhasilan peserta didik dalam memahami dan menguasai materi yang
diberikan guru. Semakin banyak peserta didik yang dapat mencapai tingkat
pemahaman konsep dan penguasaan materi, maka akan semakin tinggi keberhasilan
dari proses belajar mengajar tersebut. Tujuan dari proses belajar mengajar
secara ideal adalah bahan ajar yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid
atau mastery
learning atau belajar tuntas artinya penguasaan penuh. Berdasarkan informasi dari guru SD Negeri 2 Brengkelan Purworejo, pemahaman konsep matematika peserta didik kelas IV belum sesuai yang diharapkan.
learning atau belajar tuntas artinya penguasaan penuh. Berdasarkan informasi dari guru SD Negeri 2 Brengkelan Purworejo, pemahaman konsep matematika peserta didik kelas IV belum sesuai yang diharapkan.
Kenyataan
menunjukkan masih rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi Bangun Ruang
yang ada. Hal ini didukung dengan hasil tes awal sebelum tindakan mata pelajaran
Matematika pokok bahasan Bangun Ruang yakni hanya ada 6 dari 34 peserta didik
yang memperoleh nilai tuntas di atas KKM. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yang harus dicapai adalah 68 dari skor skala 100. Rendahnya tingkat penguasaan
terhadap materi Bangun Ruang disebabkan oleh banyak faktor yang saling
berkaitan satu sama lain.
Faktor-faktor
tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal (faktor dari dalam diri peserta didik), seperti minat, bakat
kecerdasan, motivasi, kreativitas, intelegensi, dan hal-hal lain yang berkenaan
dengan keadaan jasmani dan rohani peserta didik. Faktor eksternal (faktor dari
luar diri peserta didik), yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik
seperti metode atau pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru, fasilitas
belajar, sarana dan prasarana belajar, dan sebagainya.
Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan pemahaman konsep bangun ruang peserta didik
kelas IV rendah dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut: (1) metode,
pendekatan, dan strategi pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik,
kurang bervariatif, dan tidak sesuai dengan kondisi peserta didik; (2)
pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan peserta didik atau guru
cenderung lebih aktif daripada peserta didik; (3) Matematika dianggap pelajaran
yang sulit dan membosankan; (4) guru tidak mempersiapkan alat peraga yang
mendukung untuk menjelaskan materi bangun ruang; (5) media yang digunakan guru
kurang bervariatif sehingga peserta didik kurang dapat menemukan konsep.
(anggun,frisca. 2010. 26) Salah satu materi pembelajaran Matematika di Tingkat
SD kelas IV semester II adalah bangun ruang.
Pembelajaran
Matematika materi bangun ruang tidak cukup menggunakan pendekatan konvensional.
Hal ini karena pendekatan konvensional hanya mentransfer pengetahuan kepada
murid secara satu arah, peserta didik belajar hanya dengan mendengarkan dan
mencatat materi pelajaran, peserta didik tidak memahami konsep karena peserta
didik hanya menghafal sehingga tidak ada kebermaknaan dalam mempelajari materi
tersebut yang sebenarnya banyak diaplikasikan dalam kehidupan seharihari.
Oleh
karena itu, diperlukan suatu inovasi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik berkaitan dengan masalah kehidupan nyata peserta didik
sehingga peserta didik tidak hanya mengetahui secara langsung, tetapi juga
dapat menemukan suatu konsep yang mereka pelajari. Masalah-masalah nyata dari
kehidupan se
3 hari-hari digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan pengertian terhadap konsep matematika yang dipelajari. Di samping itu, pengalaman nyata yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran sangat membantu peserta didik dalam memahami konsep yang sedang dipelajari. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan Pendekatan Matematika Terpadu dalam pembelajaran Matematika.
3 hari-hari digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan pengertian terhadap konsep matematika yang dipelajari. Di samping itu, pengalaman nyata yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran sangat membantu peserta didik dalam memahami konsep yang sedang dipelajari. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan Pendekatan Matematika Terpadu dalam pembelajaran Matematika.
Pendekatan
Matematika Terpadu merupakan terjemahan dari Realistic Mathematic Education yang
dikembangkan oleh Hans Freudenthal di Belanda. Pendekatan ini didasarkan pada
anggapan Hans Freudenthal (dalam Nyimas Aisyah, dkk., 2007:7-3) “Mathematics is a
human activity and must be connected to
reality”. Menurut pandangannya, matematika
harus terkait dengan kenyataan, dekat dengan pengalaman/dunia anak dan relevan
dengan kehidupan nyata seharihari bagi masyarakat.
Di dalam penerapan pendekatan ini, pembelajaran Matematika
dikemas sebagai proses penemuan kembali yang terbimbing sehingga peserta didik
dapat mengalami proses yang sama dengan proses penemuan ide dan konsep
matematika. Proses ini dilakukan melalui matematisasi horizontal dan vertikal.
Dalam matematisasi horizontal berangkat dari dunia nyata masuk ke dunia simbol
sedangkan matematisasi vertikal berarti proses/pelaksanaan dalam dunia simbol.
Pembelajaran ini mampu menciptakan suasana yang dapat membangkitkan kemampuan
berpikir dan berargumentasi dalam menyelesaikan masalah dengan berbagai ide
atau gagasan. Melalui penerapan Pendekatan Matematika Terpadu ini, peserta
didik dapat mengkomunikasikan ide-ide yang dimiliki sehingga peserta didik akan
mendapatkan pemahaman yang lebih tinggi terhadap suatu konsep.
Pendekatan Matematika Terpadu menekankan pada konteks
sebagai awal pembelajaran. Proses pengembangan konsep-konsep dan
gagasan-gagasan Matematika berawal dari dunia nyata. Dalam hal ini guru hanya
sebagai fasilitator dan motivator interaksi antar peserta didik. PMR sangat
membantu peserta didik untuk berpikir dari hal yang abstrak menjadi hal yang
konkrit atau nyata. Hal ini membuat pemahaman dan penguasaan peserta didik
terhadap konsep matematika dapat meningkat. Berdasarkan uraian di atas, penulis
terdorong untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Upaya
Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bangun Ruang Melalui Penerapan Pendekatan Matematika
Realistik Peserta Didik Kelas IV SD
Negeri 2 Brengkelan Purworejo Tahun
Ajaran 2011/2012”.
Pemahaman Konsep Bangun Ruang Melalui Penerapan Pendekatan Matematika
Realistik Peserta Didik Kelas IV SD
Negeri 2 Brengkelan Purworejo Tahun
Ajaran 2011/2012”.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini, sebagian besar berupa data kualitatif. Data atau informasi
tersebut meliputi guru, peserta didik, dokumen/arsip, hasil observasi, dan data
nilai hasil tes. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini meliputi: observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi atau arsip. Validitas
data penelitian menggunakan teknik triangulasi data (sumber) dan triangulasi
metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif.
Model analisis ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Prosedur penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,
dimana setiap siklusnya terdiri dari tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu
setiap pertemuan adalah 2x35 menit, melalui empat tahap kegiatan yang dilakukan
dalam siklus yang berulang, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting) (Suharsimi
Arikunto, 2010:16).
HASIL PENELITIAN
Penelitian
ini telah dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari
tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x35 menit. Penelitian ini meliputi 4
tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi,
dan (4) refleksi. Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil
pembelajaran Matematika kelas IV sebelum tindakan (pratindakan), dapat
diperoleh informasi sebagai data awal, yaitu dari peserta didik kelas IV yang
berjumlah 34 peserta didik, hanya ada 17,65% atau 6 peserta didik yang mencapai
nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 68 setelah mengerjakan tes
pratindakan. Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
peserta didik mendapatkan nilai rendah atau di bawah KKM.
Dengan
demikian, hasil pembelajaran Matematika pemahaman konsep bangun ruang pada
peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Brengkelan, Purworejo perlu ditingkatkan.
Agar lebih jelas untuk melihat hasil pembelajaran Matematika pada kondisi awal
pratindakan, maka dapat dilihat pada tabel berikut:
Pada tahapan siklus pertama, diperoleh data nilai hasil evaluasi pembelajaran Matematika materi konsep bangun ruang melalui Pendekatan Matematika Terpadu.
Pada tahapan siklus pertama, diperoleh data nilai hasil evaluasi pembelajaran Matematika materi konsep bangun ruang melalui Pendekatan Matematika Terpadu.
Setelah
dilaksanakan tindakan siklus kedua, diperoleh data nilai hasil evaluasi
pembelajaran Matematika materi konsep bangun ruang melalui Pendekatan
Matematika Terpadu.
Maka berdasarkan hasil pengamatan/ observasi dan analisis data yang ada
dapat dinyatakan bahwa pembelajaran Matematika dengan menerapkan Pendekatan
Matematika Terpadu dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang pada peserta
didik kelas IV SD Negeri 2 Brengkelan, Purworejo baik hasil belajar kognitif,
afektif maupun psikomotorik. Peningkatan tersebut terlihat dari perhitungan
nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik pada kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus
I dan siklus II yang masing-masing
siklusnya terdiri dari 3 kali pertemuan.
Untuk
mengetahui lebih jelas tentang peningkatan pemahaman konsep bangun ruang dan
keaktifan peserta didik pada pembelajaran Matematika dari sebelum dilaksanakan
tindakan/prasiklus sampai siklus terakhir, peneliti memaparkannya pada
pembahasan.
PEMBAHASAN
Pada
penelitian ini, semua siklus mengacu pada indikator kinerja yang telah
ditetapkan pada awal yaitu peserta didik sudah mencapai nilai KKM lebih dari
atau sama dengan 75% dari jumlah peserta didik dengan nilai KKM 68. Oleh karena
itu, pada setiap siklus, peneliti selalu melakukan refleksi agar dapat
memperbaiki kinerja dan dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang
peserta didik serta mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan di awal.
Berdasarkan tabel yang telah disajikan di atas, dapat diketahui bahwa
prosentase ketuntasan klasikal pembelajaran matematika materi pemahaman konsep
bangun ruang mengalami kenaikan yang signifikan, yakni sebelum tindakan hanya
sebesar 17,65%. Pada siklus I meningkat menjadi 64,71% dan 85,29% pada siklus
II. Selain itu, nilai ratarata hasil evaluasi pembelajaran matematika materi
pemahaman konsep bangun ruang juga mengalami peningkatan, yaitu sebelum
tindakan hanya memperoleh nilai 50,09.
Kemudian
meningkat menjadi 71,57 pada siklus I dan pada siklus II sebesar 79,75. Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran Matematika yang telah dilaksanakan oleh
peneliti dapat dinyatakan berhasil. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa
salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang pada melalui
penerapan Pendekatan Matematika Terpadu pada peserta didik kelas IV SD Negeri 2
Brengkelan Purworejo dapat dinyatakan berhasil. Hal ini dibuktikan dengan
adanya peningkatan aktivitas peserta didik dan kinerja guru, serta peningkatan
nilai hasil evaluasi pembelajaran pada setiap siklusnya. Selain terbukti dari
adanya peningkatan tersebut, keberhasilan tersebut juga disebabkan oleh
penerapan Pendekatan Matematika Terpadu yang menjadikan pembelajaran matematika
menjadi lebih bermakna sehingga pemahaman konsep bangun ruang pada peserta
didik dapat meningkat.
Jadi,
penerapan Pendekatan Matematika Terpadu dapat meningkatkan pemahaman konsep
bangun ruang pada peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Brengkelan, Purworejo.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan pada pembelajaran
Matematika materi konsep bangun ruang dengan menerapkan Pendekatan Matematika
Terpadu pada peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Brengkelan Purworejo tahun
ajaran 2011/2012 selama dua siklus, dapat ditarik simpulan berikut: (1) Melalui
penerapan Pendekatan Matematika Terpadu terbukti
6 dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang pada pesera didik kelas IV SD Negeri 2 Brengkelan Purworejo tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal pratindakan dilakukan hanya mendapat nilai 50,09, kemudian pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 71,57 dan meningkat lagi pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas 79,75.
6 dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang pada pesera didik kelas IV SD Negeri 2 Brengkelan Purworejo tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal pratindakan dilakukan hanya mendapat nilai 50,09, kemudian pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 71,57 dan meningkat lagi pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas 79,75.
Sedangkan
prosentase ketuntasan klasikal menurut standar KKM yang telah ditentukan yaitu
75% dengan nilai KKM 68, pada tes awal pratindakan baru mencapai 17,65% dan
dapat meningkat pada siklus I menjadi sebesar 64,71%, serta semakin meningkat
lagi pada siklus II yakni sebesar 85,29%. (2) Dengan menerapkan Pendekatan
Matematika Terpadu dapat meningkatkan keaktifan peserta didik kelas IV SDN 2
Brengkelan Purworejo tahun ajaran 2011/2012. Hal tersebut dapat dilihat dari
meningkatnya nilai rata-rata aktivitas peserta didik, yang pada kondisi
pratindakan sebesar 2,47 dan pada siklus I meningkat menjadi 3,0, kemudian
meningkat lagi sebesar 3,82 pada siklus II tersebut di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik (Edisi Revisi IV). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jihad, A. (2008). Pengembangan Kurikulum Matematika.
Bandung: Multi Pressindo.
Junaidi, W. (2011). Pendekatan Matematika Realistik.
Diperoleh tanggal 1 Februari 2012 pukul 15.18 WIB dari http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/03/pendekatanmatematika-realistik.html
Nyimas Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional.
Suwandi, S.(2009). Penelitian Tindakan Kelas(PTK) dan
Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
Surakarta.
Sudjana, N. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, D. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik.
Jakarta: Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional.
Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik: Suatu
Alternatif Pendekatan
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Winkel. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta:
Media Abadi. Y. Marpaung. 2008.
Pembelajaran Matemaatika Secara Kontekstual dan Realistik Menciptakan Situasi
Belajar yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Makalah disampaikan dalam Seminar Pendidikan Matematika . Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta
Pembelajaran Matemaatika Secara Kontekstual dan Realistik Menciptakan Situasi
Belajar yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Makalah disampaikan dalam Seminar Pendidikan Matematika . Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta